Entri Populer

Selasa, 15 Maret 2016

Burung dengan Sebelah Sayap (repost)



Burung dengan Sebelah Sayap

  Aku teringat sebuah kalimat yang mengatakan bahwa kita adalah burung dengan sebelah sayap, di mana sebelah sayapnya lagi adalah sang belahan jiwa yang Allah tetapkan di Lauhil Mahfudh. Aku seang merasakan itu. Bagaimana aku terbang dengan sebelah sayap saja? Lalu di mana sebelah sayapku? Aha... aku tahu jawabannya. Dia sedang mencari sebelah sayapnya pula. Mencariku akan tetapi mungkin dia belum tahu bahwa aku adalah sayap yang dicarinya.
            Selama sepasang sayap belum bersatu, pasti banyak dugaan, banyak terkaan. Aku menyangka dia adalah sebelah sayapku, ternyata bukan. Dia menyangka aku adalah sebelah sayapnya, ternyata bukan. Sayap itu harus senada walau tak sama, seperti sepasang sepatu. Apabila sama, sama-sama kiri, susah berjalan. Sama-sama kanan pun demikian. Dia tak sama tapi seirama. Satu kanan, satu kiri dan saling melengkapi. Tidak indah dipandang bila orang hanya mengenakan sebelah sepatu.
            Itulah jodoh. Kita boleh meminta, kita boleh memesan yang A, B, C sampai Z. Akan tetapi yakinlah, Allah berikan yang terbaik untuk kita, sesuai porsi yang kita butuhkan, sesuai kadar kemampuan kita untuk saling menyempurnakan dengannya. Tak usah risau, tak usah galau meski satu persatu kawan telah menemukan jodohnya. Allah Maha Tahu kapan kita siap dipertemukan dengan sebelah sayap kita.
            Bila ingin yang sesetia Khadijah, jadilah yang semulia Baginda Nabi Muhammad. Bila ingin yang setulus Fatimah, jadilah yang sehebat Ali. Bila ingin yang selembut Anna Althafunnisa, jadilah yang sebaik Khairul Azam. Mudah sekali rumusnya. Akan tetapi jangan sesekali menginginkan seperti Romeo Juliet. Itu bukan cinta yang suci. Cinta mereka terkontaminasi oleh nafsu, tak peduli ridho orang tua, tak peduli dosa dan pada akhirnya mereka bunuh diri. na'udzubillah...
            Boleh saja menjadi diri sendiri, tak mau dibandingkan dengan Anna, fatimah, Azam, Ali, akan tetapi jangan lupa tugas kita untuk berbenah diri dari hari ke hari. jatah usia kita semakin hari semakin berkurang. Bukan berarti membandingkan diri dengan para orang mulia itu, akan tetapi belajar dari kemuliaan mereka. Bukankah setiap orang adalah guru dan setiap tempat adalah madrasah? Kita perlu uswah dari mereka karena akhlak tidak cukup dipelajari dengan teori.
            Ramadhan akan segera tiba. Marilah kita gunakan kesempatan emas ini untuk berbenah diri lebih baik dari sebelumnya. Semoga Allah bukakan hati yang tertutup, Allah bangunkan hati yang mati, Allah terangi hati yang gelap, Allah naungi hati yang senantiasa mengharapkan ridho-Nya. Ya Allah Ya Wadud... sesungguhnya kami adalah makhluk yang senantiasa haus akan cinta-Mu. Limpahkanlah cinta suci kepada kami... Cinta-Mu yang agung... dan cinta-Mu yang Engkau titipkan pada sebelah sayap kami. Pertemukanlah kami untuk saling menyempurnakan iman dan taqwa kami. Jadikan kami hamba-hambaMu yang shaleh. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar