Burung dengan Sebelah Sayap
Aku teringat sebuah kalimat yang mengatakan bahwa kita
adalah burung dengan sebelah sayap, di mana sebelah sayapnya lagi adalah sang
belahan jiwa yang Allah tetapkan di Lauhil Mahfudh. Aku seang merasakan itu.
Bagaimana aku terbang dengan sebelah sayap saja? Lalu di mana sebelah sayapku?
Aha... aku tahu jawabannya. Dia sedang mencari sebelah sayapnya pula. Mencariku
akan tetapi mungkin dia belum tahu bahwa aku adalah sayap yang dicarinya.
Selama sepasang sayap belum bersatu,
pasti banyak dugaan, banyak terkaan. Aku menyangka dia adalah sebelah sayapku,
ternyata bukan. Dia menyangka aku adalah sebelah sayapnya, ternyata bukan.
Sayap itu harus senada walau tak sama, seperti sepasang sepatu. Apabila sama,
sama-sama kiri, susah berjalan. Sama-sama kanan pun demikian. Dia tak sama tapi
seirama. Satu kanan, satu kiri dan saling melengkapi. Tidak indah dipandang
bila orang hanya mengenakan sebelah sepatu.
Itulah jodoh. Kita boleh meminta,
kita boleh memesan yang A, B, C sampai Z. Akan tetapi yakinlah, Allah berikan
yang terbaik untuk kita, sesuai porsi yang kita butuhkan, sesuai kadar
kemampuan kita untuk saling menyempurnakan dengannya. Tak usah risau, tak usah
galau meski satu persatu kawan telah menemukan jodohnya. Allah Maha Tahu kapan
kita siap dipertemukan dengan sebelah sayap kita.
Bila ingin yang sesetia Khadijah,
jadilah yang semulia Baginda Nabi Muhammad. Bila ingin yang setulus Fatimah,
jadilah yang sehebat Ali. Bila ingin yang selembut Anna Althafunnisa, jadilah
yang sebaik Khairul Azam. Mudah sekali rumusnya. Akan tetapi jangan sesekali
menginginkan seperti Romeo Juliet. Itu bukan cinta yang suci. Cinta mereka
terkontaminasi oleh nafsu, tak peduli ridho orang tua, tak peduli dosa dan pada
akhirnya mereka bunuh diri. na'udzubillah...
Boleh saja menjadi diri sendiri, tak
mau dibandingkan dengan Anna, fatimah, Azam, Ali, akan tetapi jangan lupa tugas
kita untuk berbenah diri dari hari ke hari. jatah usia kita semakin hari
semakin berkurang. Bukan berarti membandingkan diri dengan para orang mulia
itu, akan tetapi belajar dari kemuliaan mereka. Bukankah setiap orang adalah
guru dan setiap tempat adalah madrasah? Kita perlu uswah dari mereka karena
akhlak tidak cukup dipelajari dengan teori.
Ramadhan akan segera tiba. Marilah
kita gunakan kesempatan emas ini untuk berbenah diri lebih baik dari
sebelumnya. Semoga Allah bukakan hati yang tertutup, Allah bangunkan hati yang
mati, Allah terangi hati yang gelap, Allah naungi hati yang senantiasa
mengharapkan ridho-Nya. Ya Allah Ya Wadud... sesungguhnya kami adalah makhluk
yang senantiasa haus akan cinta-Mu. Limpahkanlah cinta suci kepada kami...
Cinta-Mu yang agung... dan cinta-Mu yang Engkau titipkan pada sebelah sayap
kami. Pertemukanlah kami untuk saling menyempurnakan iman dan taqwa kami.
Jadikan kami hamba-hambaMu yang shaleh. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar