Entri Populer

Minggu, 10 Januari 2016

The Power of Love



Cinta adalah saat kau tak menghiraukan lelahmu, namun bukan mengabaikan kesehatanmu
Cinta adalah saat kau peduli, namun bukan berarti ikut campur
Cinta adalah saat kau ingin dia bahagia, bukan berarti membiarkannya tersesat
Cinta adalah saat ia bersalah dan kau marah, tapi tidak kasar padanya
Cinta tidak pernah habis untuk didefinisikan, dan setiap pecinta memiliki definisi masing-masing. Note ringan  ini akan sedikit menjabarkan kekuatan cinta seperti yang diajarkan oleh Ayah Iskandar, dosen pembimbingku.
Dzata yaum, aku mengambil mata kuliah Kitabah Bahts Ilmi di semester IV. Dalam perkuliahan, dosen mengajarkan cara menyusun skripsi, berbahasa Arab tentunya. Namun, dosen pengampu mata kuliah ini mungkin sangat sibuk hingga sangat jarang masuk dan sekali masuk beliau meminta anak-anak mengumpulkan proposal pada tanggal sekian di ruang sekian. Deadline yang beliau berikan itu cukup mengerikan. Bukan karena waktunya, tapi karena kami yang masih terbata-bata tentang skripsi.
Setiap tiba hari perkuliahan beliau, kelas kami seperti bukan kelas. Ada yang sibuk sendiri dengan senam jarinya, ada yang membuka majlis curhat, ada yang menggunakan kesempatan untuk sowan ke perpustakaan, ada juga yang langsung nyelonong meninggalkan kelas. Di situ kadang aku merasa sedih. Bagaimana tidak? Deadline semakin dekat, tapi judul proposal pun belum terlintas dalam benak. Apalagi mewujudkannya sebagai sebuah proposal yang berbahasa Arab. Isinya apa, urutannya bagaimana, referensinya di mana, dan cara menulisnya seperti apa, semua itu masih misterius. Ah, proposal skripsi, kamu ini makanan yang terbuat dari apa?
Next, kegalauanku membuatku kepo. Aku yang merupakan salah satu penghuni PBA B mencoba mendekati anak kelas A. “Mbak, bahtsul ilmi kelas sampean diajari apa? Sudah sampe mana? Yang ngajar siapa? Cara ngajarnya gimana? Tugasnya apa aja? Enak nggak?”
Syukurlah, kudapatkan jawaban yang indah-indah. Teman-teman kelas A diajari menyusun proposal skripsi berbahasa Arab, mereka sudah sampai metode penilitian, tapi ada juga yang masih menuntaskan latar belakang. Ustadz Iskandar yang mengajar. Setiap tatap muka, Ustadz memberikan contoh, kemudian menunjukkan cara-caranya, lalu memberi tugas untuk dibahas di pertemuan berikutnya. Tugasnya bertahap, mulai dari judul, latar belakang, metode, ila akhirihi. Yang pasti, tujuannya di akhir perkuliahan nanti semua mahasiswa sudah mempunyai sebuah proposal untuk diseminarkan. Enak atau nggaknya, jangan ditanya lagi, sudah pasti mantab dan mumtaz!
Akhirnya, kuputuskan untuk minta ijin pada Ayah Iskandar agar aku bisa mengikuti perkuliahan beliau di kelas A. Alhamdulillah, dengan senang hati beliau mempersilakanku. Aku pun mendapat perlakuan yang sama seperti anak A. Aku melihat ketelatenan beliau membimbing kami satu persatu. Bila ada yang malu-malu, beliau yang mendekati, hingga tidak ada kesalahan yang tersembunyi. Setiap ada kesalahan, langsung beliau luruskan dan di situ aku merasa bahagia. J
Dalam suatu liqo’ di kelas A, beliau menginspirasi kami dengan cintanya. Mengerjakan tugas kuliah seperti menyusun makalah, proposal, hingga skripsi, itu bukan sesuatu yang ringan. Tapi ada satu hal yang bisa meringankan itu semua, yaitu cinta. Gunakan kekuatan cinta dalam menyelesaikan semua tugasmu. Kekuatan cinta itu terkumpul dalam formula 3H (Head, Heart and Hand), beliau menyebutkannya dengan Ro’sun, Qolbun, dan Yadun.
Formula pertama, Head, Ro’sun atau kepala. Ketika kita mencintai sesuatu maka kita akan memikirkannya dengan kesungguhan, dengan keseriusan. Kita akan merencanakan sesuatu sedemikian rapinya demi terwujudnya keindahan cinta yang diharapkan. Maka dalam menyusun proposal, buatlah target. Hari ini berapa paragraf, atau hari ini berapa halaman. Minggu ini setor judul, minggu depannya latar belakang, dan seterusnya. Skripsi pun demikian, kita mem-planning sedemikian rupa agar selesai tepat waktu dengan hasil maksimal. Sama dengan ketika kita mencintai seseorang, fokus pikiran kita adalah dia, dan untuk dia.
Formula kedua, Heart, Qolbun atau hati. Saat kita mencintai seseorang, tentu kita selalu melakukan banyak hal dengan sepenuh hati untuknya. Apa yang dia inginkan, kita lakukan sepenuh hati, dengan keikhlasan. Ketika ketulusan itu sudah merasuk ke dalam jiwa, maka tidak ada kata “mengeluh”, “menggerutu”, atau bahkan “kecewa”. Begitu juga ketika kita menyusun proposal, kerjakan sepenuh hati, kerjakan dengan ikhlas. Sadari bahwa ini merupakan tugas mulia, maka kita akan melakukan yang terbaik tanpa takut kecewa.
Formula ketiga, Hand, Yadun atau tangan. Jika kita mencintai seseorang, kita akan memaksimalkan semua kemampuan kita untuk membahagiakannya. Begitu juga dalam menyusun proposal, kerahkan seluruh kemampuanmu, maksimalkan. Bila rasa malas menghampiri, segera tangkis dan jangan biarkan. Tambah porsi membaca, tambah porsi menulis dan kurangi bermain. Maksimalkan potensi untuk cerahkan prestasi.
Lakukan dengan cinta dan jika kamu marah, marahlah dengan cinta. Bagaimana cara marah dengan cinta? Ketika malas menghampiri, kamu menepisnya. Ketika melihat sesuatu yang salah, kau meluruskannya. ketika melihat sesuatu yang tak baik, kau menegurnya. Dengan kelembutan, dengan cinta.
Bagaimana? Bismillah, ayo hijrah!

Kamulan, 11 Januari 2016
Dari bilik cinta




Tidak ada komentar:

Posting Komentar