Cinta adalah saat kau tak menghiraukan lelahmu, namun bukan
mengabaikan kesehatanmu
Cinta adalah saat kau peduli, namun bukan berarti ikut campur
Cinta adalah saat kau ingin dia bahagia, bukan berarti
membiarkannya tersesat
Cinta adalah saat ia bersalah dan kau marah, tapi tidak kasar
padanya
Cinta tidak
pernah habis untuk didefinisikan, dan setiap pecinta memiliki definisi
masing-masing. Note ringan ini akan
sedikit menjabarkan kekuatan cinta seperti yang diajarkan oleh Ayah Iskandar,
dosen pembimbingku.
Dzata yaum, aku mengambil mata kuliah Kitabah Bahts Ilmi di semester
IV. Dalam perkuliahan, dosen mengajarkan cara menyusun skripsi, berbahasa Arab
tentunya. Namun, dosen pengampu mata kuliah ini mungkin sangat sibuk hingga
sangat jarang masuk dan sekali masuk beliau meminta anak-anak mengumpulkan
proposal pada tanggal sekian di ruang sekian. Deadline yang beliau
berikan itu cukup mengerikan. Bukan karena waktunya, tapi karena kami yang
masih terbata-bata tentang skripsi.
Setiap tiba
hari perkuliahan beliau, kelas kami seperti bukan kelas. Ada yang sibuk sendiri
dengan senam jarinya, ada yang membuka majlis curhat, ada yang menggunakan
kesempatan untuk sowan ke perpustakaan, ada juga yang langsung nyelonong meninggalkan
kelas. Di situ kadang aku merasa sedih. Bagaimana tidak? Deadline semakin
dekat, tapi judul proposal pun belum terlintas dalam benak. Apalagi mewujudkannya
sebagai sebuah proposal yang berbahasa Arab. Isinya apa, urutannya bagaimana, referensinya
di mana, dan cara menulisnya seperti apa, semua itu masih misterius. Ah,
proposal skripsi, kamu ini makanan yang terbuat dari apa?
Next, kegalauanku membuatku kepo. Aku yang merupakan salah satu
penghuni PBA B mencoba mendekati anak kelas A. “Mbak, bahtsul ilmi kelas
sampean diajari apa? Sudah sampe mana? Yang ngajar siapa? Cara ngajarnya
gimana? Tugasnya apa aja? Enak nggak?”
Syukurlah,
kudapatkan jawaban yang indah-indah. Teman-teman kelas A diajari menyusun proposal
skripsi berbahasa Arab, mereka sudah sampai metode penilitian, tapi ada juga
yang masih menuntaskan latar belakang. Ustadz Iskandar yang mengajar. Setiap tatap
muka, Ustadz memberikan contoh, kemudian menunjukkan cara-caranya, lalu memberi
tugas untuk dibahas di pertemuan berikutnya. Tugasnya bertahap, mulai dari judul,
latar belakang, metode, ila akhirihi. Yang pasti, tujuannya di akhir
perkuliahan nanti semua mahasiswa sudah mempunyai sebuah proposal untuk
diseminarkan. Enak atau nggaknya, jangan ditanya lagi, sudah pasti mantab dan
mumtaz!
Akhirnya,
kuputuskan untuk minta ijin pada Ayah Iskandar agar aku bisa mengikuti
perkuliahan beliau di kelas A. Alhamdulillah, dengan senang hati beliau
mempersilakanku. Aku pun mendapat perlakuan yang sama seperti anak A. Aku melihat
ketelatenan beliau membimbing kami satu persatu. Bila ada yang malu-malu,
beliau yang mendekati, hingga tidak ada kesalahan yang tersembunyi. Setiap ada
kesalahan, langsung beliau luruskan dan di situ aku merasa bahagia. J
Dalam suatu liqo’
di kelas A, beliau menginspirasi kami dengan cintanya. Mengerjakan tugas kuliah
seperti menyusun makalah, proposal, hingga skripsi, itu bukan sesuatu yang
ringan. Tapi ada satu hal yang bisa meringankan itu semua, yaitu cinta. Gunakan
kekuatan cinta dalam menyelesaikan semua tugasmu. Kekuatan cinta itu terkumpul
dalam formula 3H (Head, Heart and Hand), beliau menyebutkannya dengan Ro’sun,
Qolbun, dan Yadun.
Formula pertama,
Head, Ro’sun atau kepala. Ketika kita mencintai sesuatu maka kita akan
memikirkannya dengan kesungguhan, dengan keseriusan. Kita akan merencanakan
sesuatu sedemikian rapinya demi terwujudnya keindahan cinta yang diharapkan. Maka
dalam menyusun proposal, buatlah target. Hari ini berapa paragraf, atau hari
ini berapa halaman. Minggu ini setor judul, minggu depannya latar belakang, dan
seterusnya. Skripsi pun demikian, kita mem-planning sedemikian rupa agar
selesai tepat waktu dengan hasil maksimal. Sama dengan ketika kita mencintai
seseorang, fokus pikiran kita adalah dia, dan untuk dia.
Formula kedua, Heart,
Qolbun atau hati. Saat kita mencintai seseorang, tentu kita selalu melakukan
banyak hal dengan sepenuh hati untuknya. Apa yang dia inginkan, kita lakukan
sepenuh hati, dengan keikhlasan. Ketika ketulusan itu sudah merasuk ke dalam
jiwa, maka tidak ada kata “mengeluh”, “menggerutu”, atau bahkan “kecewa”. Begitu
juga ketika kita menyusun proposal, kerjakan sepenuh hati, kerjakan dengan
ikhlas. Sadari bahwa ini merupakan tugas mulia, maka kita akan melakukan yang
terbaik tanpa takut kecewa.
Formula ketiga,
Hand, Yadun atau tangan. Jika kita mencintai seseorang, kita akan memaksimalkan
semua kemampuan kita untuk membahagiakannya. Begitu juga dalam menyusun
proposal, kerahkan seluruh kemampuanmu, maksimalkan. Bila rasa malas
menghampiri, segera tangkis dan jangan biarkan. Tambah porsi membaca, tambah
porsi menulis dan kurangi bermain. Maksimalkan potensi untuk cerahkan prestasi.
Lakukan dengan
cinta dan jika kamu marah, marahlah dengan cinta. Bagaimana cara marah dengan
cinta? Ketika malas menghampiri, kamu menepisnya. Ketika melihat sesuatu yang
salah, kau meluruskannya. ketika melihat sesuatu yang tak baik, kau menegurnya.
Dengan kelembutan, dengan cinta.
Bagaimana? Bismillah,
ayo hijrah!
Kamulan, 11
Januari 2016
Dari bilik
cinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar