Entri Populer

Kamis, 03 Desember 2015

Hikmah di Balik Keterlambatan



Rabu, 2 Desember 2015, hari itu aku bermaksud mengunjungi perpustakaan kampus untuk menemukan referensi sebagai bahan penyusunan makalahku. Aku ingin berangkat lebih awal agar bisa lebih lama di sana dan memperoleh lebih banyak rujukan. Ternyata kesibukan di pagi hari begitu banyak sehingga aku baru bisa keluar dari rumah pada pukul 08.13.
Aku baru selesai mengenakan flat shoes-ku ketika sebuah bus favoritku berinisial HJ melintas. Bus ber-AC dengan tarif standar dan kru yang cukup ramah merupakan pilihan pertamaku saat ingin terbang ke kampus, baru kalau sudah tertinggal aku ikut bus lain. Rasa sesal cukup meliputiku saat itu. Aku belum menyeberangi jalan raya dan si HJ sudah melintas. Itu artinya aku sudah terlambat sekian detik. Aku pun berandai-andai, andaikan sekian detik yang lalu aku sudah di seberang sana.
Ah, biarlah. Aku pun menyeberang. Tepat saat aku sampai di seberang jalan, sebuah bus kecil berinisial RJ nampak dari selatan. “Bus kecil?” batinku. Bus itu yang akhirnya membawaku. Aku sedikit bertanya-tanya sebenarnya. Biasanya kalau aku sudah tertinggal HJ, aku harus menunggu 10 sekitar 10 menit untuk mendapatkan bus berikutnya (meskipun bukan HJ juga). Tapi, kenapa baru saja HJ melintas, RJ sudah datang? Ada jadwal yang salah kah atau memang keberuntunganku saja yang baru menyeberang langsung bisa duduk.
Seperti biasa kuawali perjalananku dengan lantunan syahadat, asmaul husna, ayat kursi, al Baqarah 284-284-286 kemudian shalawat fatih dalam hati sambil menikmati perjalanan. Tak beberapa lama usai melintasi GOR Lembu Peteng, kulihat si orange HJ rusak di bagian sudut kanan belakangnya, kaca depannya pun pecah. Para penumpang terlihat berdiri di sekitar bus dengan ekspresinya masing-masing. Ada yang terlihat shock, panik, ada yang ekspresinya datar saja. Oh, ternyata baru saja HJ mengalami kecelakaan. Entah bagaimana kronologisnya yang jelas bus itu rusak sekarang. Syukurlah tidak ada korban jiwa, namun tentu menyisakan trauma pada beberapa orang.
Hatiku bergetar. “Ya Allah, aku selalu Kau buat terkesima dengan skenario indah-Mu,” bisik hatiku. Tuhanku Yang Maha Kuasa selalu punya banyak cara untuk menyelamatkanku. Dia tahu aku tidak suka keterlambatan tapi aku dibuat-Nya terlambat untuk bisa selamat. Alhamdulillah, terima kasih telah membuatku terlambat hari ini, Ya Rahman.
Di tengah renunganku Sopir RJ langsung menatapku dan berkata, “Sampean maeng sujune ora melu kui. Wong kacek’e ndak adoh karo iki. Aku arep ngendeki sampean maeng kui nyalip aku. Rodok ugal-ugalan pancene.” (yang nggak paham bahasa Jawa bisa tanya terjemahnya J)
Aku langsung teringat cerita tentang seorang Kyai, sebut saja Kyai A. Suatu hari beliau hendak menghadiri undangan ceramah di suatu tempat. Sayang sungguh sayang, di tengah perjalanan, si sopir yang mengemudikan mobil Kyai A tiba-tiba sakit perut. Sopir pun mencari SPBU terdekat untuk memenuhi hajatnya. Yang namanya sakit perut tentu butuh waktu lama di toilet. Tidak terasa, si sopir sudah menghabiskan waktu lebih dari satu jam. Kyai A mulai risau dan kesal karena berkali-kali panitia menelepon dan bertanya kenapa belum sampai juga di tempat ceramah padahal jama’ah sudah banyak yang hadir. Kesabaran Kyai A sudah mencapai limit karena terlambat 2 jam. Beliau mengungkapkan kekesalannya pada si sopir yang sebenarnya tidak bersalah karena tidak pernah memesan untuk sakit perut pada jam kerjanya itu.
Hajat si sopir telah tuntas dan ia siap mengemudi untuk melanjutkan perjalanan menuju tempat ceramah. Sekian kilometer perjalanan berlalu, terlihat sebuah sedan ringsek karena  bertabrakan dengan truk container. Tiga orang penumpang sedan meninggal seketika dan terlihat orang-orang masih berusaha mengeluarkan mereka dari sedan itu.
Seketika, Kyai A meneteskan air mata dan memeluk si sopir. Kalau diperhitungkan, sangat besar kemungkinan sedan Kyai A menjadi korban amukan container yang sopirnya mengantuk itu andaikan sopir Kyai A tidak berhenti lama di SPBU untuk buang hajat.    
Sungguh, indah nian skenario-Nya. Hanya saja kita sebagai manusia seringkali tergesa berburuk sangka, padahal Dia telah menyiapkan segalanya begitu rapi dan indah. Dia punya banyak cara untuk menyelamatkan hamba-Nya, di antaranya dengan keterlambatan kita dari jadwal yang kita rencanakan. Namun, ini bukan berarti kita bisa menyengaja keterlambatan dengan sak karepe dewe, tidak. Selagi bisa, kita tetap harus berusaha untuk on time, andaikan ternyata terlambat, itu sudah di luar kuasa kita.

Hadanallah wa iyyakum, wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar